Tilde, begitulah ia biasa disapa orang. Kecintaannya untuk mengajar anak-anak usia dini memang bermula dari kecintaannya kepada anak-anak. Tapak dan jenjang pendidikan yang pernah ditempuhnya, termasuk sebuah perjalanan yang panjang, penuh tantangan tetapi juga keberuntungan.

Usai menamatkan SD di kampung halamannya, Sekolah Dasar Katolik Ngorabolo yang terletak di desa Takatunga, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada, Flores, Tilde melanjutkan sekolahnya ke SMPK St. Hubertus Yohanes yang terletak di pusat parokinya, Laja, cuma 5 km dari kampungnya. 3 tahun di sini, ia lalu melanjutkannya ke SMUK Syuradikara, sebuah sekolah Menengah Atas yang dikenal baik mutunya di wilayah Flores.

Kemudian, ia melanjutkan pendidikannya ke jenjang peguruan tinggi di Universitas Widya Mandira Kupang, dengan mendalami bidang studi ekonomi, ia mencoba mengais ilmu manajemen, yang sebenarnya sangat ia cintai. Tetapi ia tidak bergelut di bidang yang dipelajarinya ini. Mungkin satu alasan sederhana, kembali kepada kecintaannya untuk mengajar.

Bermodal kemauan dan jenjang pendidikannya, ia sempat mengabdi para mahasiswa/i Universitas Muhamadyah Ende, mengajarkan bidang studi Ekonomi buat mereka. Namun tak bertahan lama, mengingat bahwa ia tak memiliki persyaratan utama untuk menjadi seorang guru: akta mengajar.

Di tahun 2006, ia berkontak dengan Sesawi Flores, bertanya apakah ada kemungkinan dia dibantu untuk mengambilkan akta mengajar untuk menjadi seorang guru. Saya mengiyakannya, dengan sebuah syarat, ia mesti kembali ke SD-nya dulu, yang pernah juga saya lalui selama 4 tahun, untuk mengabdi anak-anak di sana, seusai pendidikannya menjadi guru.

"Kami sadar, bahwa mutu SD ini sangat memprihatinkan selama sepuluh tahun terakhir. Hal ini nampak dengan tak lolosnya anak-anak kita ke Seminari Menengah," ujar pak Siprianus yang barusan dua tahun ini kembali ke SDK ini sebagai Kepala Sekolah. Dan ia masih melanjutkan, "Kita butuh guru yang baik, berkualitas dan kalau bisa mereka yang berasal dari desa ini, yang mengenal anak-anak dan keluarga mereka dan mau memajukan mereka."

Masukan ini mendorongku untuk mengabulkan permintaan Tilde. Dua tahun dia melanjutkan kuliahnya di Universitas PGRI Kupang demi mendapatkan akta mengajar dan kualifikasi sebagai seorang guru. Akhir tahun 2007 ia memperolehnya, dan sebagaimana janjinya, ia kembali ke SD-nya, SDK Ngorabolo. "Saya mencintai anak-anak SD di sini. Yah .. mereka anak-anakku. Saya mengajar 28 jam seminggu dan menjadi wali kelas IV di sini," ujarnya suatu ketika. "Terimakasih untuk Sesawi Flores untuk bantuan kepadaku juga kepada para calon guru lainnya di masa mendatang." katanya sambil merekomendasikan Inna, seorang calon guru untuk SD yang sama, yang kami terima dengan gembira untuk dibantu.

"Sebagai guru di desa, kami butuhkan banyak buku dan akses ke informasi. Bukan untuk kami, tetapi untuk anak-anak kami. Mereka butuh didampingi baik secara ilmu pengetahuan, juga dalam pertumbuhan mental dan fisik," kata Tilde, seraya berharap pada perhatian Sesawi Flores untuk perlengkapan mereka dalam mengajar.


Ibu Tilde, demikian ia disapa sekarang. Ia lahir 07 April 1978 di Ngorabolo. Ia adalah anak bungsu dari tujuh bersaudara. Ialah orang pertama menjadi guru dengan bantuan dana beasiswa SESAWI UNTUK GURU. Selamat mengabdi anak-anak di sana, Tilde. Profisiat dan selamat bertugas.
Copyright © 03 Nopember 2008, by Ansel Meo SVD